Banner 468 X 60

Sabtu, 16 Oktober 2010

Tafsir Ibnu Katsir:Salah Satu Kitab Tafsir Al Quran Terbaik

Al Ustadz Ahmad Hamdani Ibnu
Muslim

Sesungguhnya memahami
Kalamullah adalah cita-cita yang
paling mulia dan taqarrub
(pendekatan diri kepada Allah)
yang paling agung. Amalan ini
telah dilakukan shahabat, tabi’in
dan murid-murid mereka yang
menerima dan mendengar
langsung dari guru-guru mereka.
Kemudian dilanjutkan oleh
generasi berikutnya yang
mengikuti jejak mereka hingga
hari kiamat.

Tidak diragukan, orang pertama
yang menerangkan,
mengajarkan, dan menafsirkan
Al Qur’an adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Para
shahabat telah menerima Al
Qur’an dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
secara bacaan dan pemahaman.
Mereka mengetahui makna-
makna, maksud-maksud dan
rahasia-rahasianya karena
kedekatan mereka dengan
Rasulullah, khususnya Al-
Khulafa’ Ar-Rasyidin, Abdullah
bin Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubai
bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu
Musa Al-Asy’ari dan Abdullah
bin Az-Zubair radhiallahu
‘anhum.

Mereka adalah para shahabat
yang terkenal alim di antara
shahabat lainnya. Para shababat
adalah guru-guru bagi tabi’in
yang di kemudian hari
melahirkan ahli tafsir dari
generasi ini di Makkah, Madinah
dan Irak. Dari shahabat dan
tabi’in, dilahirkan ahli tafsir yang
mengetahui sejarah tafsir -di
madrasah tafsir dengan atsar
(jejak/petunjuk) Nabi dan
Shahabat- yaitu imam besar
dalam ushul tafsir: Muhammad
bin Jarir Ath-Thabari (wafat 310
H).
Ciri khas dari madrasah tafsir
dengan atsar adalah
menafsirkan ayat Al Qur’an
dengan satu atau lebih ayat Al
Qur’an lainnya. Bila tidak
memungkinkan maka
ditafsirkan dengan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang shahih. Jika
tidak ditemukan hadits yang
menjelaskannya maka
ditafsirkan dengan ucapan
shahabat terutama shahabat
yang telah disebutkan di atas.
Jika ucapan shahabat tidak
ditemukan maka dengan
ucapan tabi’in seperti Mujahid,
Ikrimah, Sa’id bin Al-Musayyib,
Sa’id bin Jubair, ‘Atha bin Abi
Rabbah dan Al-Hasan Al-Basri.
Namun jika semuanya ada,
maka biasanya disebut semua.

Adapun menafsirkan Al
Qur’an dengan akal semata,
haram menurut kesepakatan
ulama Ahlus Sunnah, apalagi
tafsir yang dilandasi ilmu
filsafat -walaupun terkadang
benar- termasuk dalam sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam (artinya):
“Barangsiapa berkata tentang
Al Qur’an dengan akalnya
atau tanpa ilmu maka
siapkanlah tempat duduknya
dengan api neraka.” (HR. At-
Tirmidzi, hadits hasan)

Di abad ke-8 Hijriyah lahir
seorang ulama ahli tafsir yang
merupakan alumnus akhir
madrasah tafsir dengan atsar.
Dialah Isma’il bin ‘Umar bin
Katsir rahimahullah, salah
seorang murid Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah rahimahullah
(wafat tahun 774 H). Tafsirnya
dijadikan rujukan oleh para
ulama dan penuntut ilmu
semenjak jaman beliau hingga
sekarang.

Al-Imam Asy-Syaukani
rahimahullah -beliau juga
menulis tafsir- mengatakan
bahwa Tafsir Ibnu Katsir adalah
salah satu kitab tafsir terbaik, jika
tidak bisa dikatakan sebagai tafsir
terbaik, dari kitab-kitab tafsir
yang ada. Al-Imam As-Suyuthi
rahimahullah menilai tafsirnya
menakjubkan, belum ada ulama
yang menandinginya. Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam
bukunya Al-‘Ilmu menganjurkan
penuntut ilmu membaca Tafsir Al
Qur ’anil ‘Azhim atau yang lebih
dikenal dengan Tafsir Ibnu
Katsir.
Wallahu a’lam.


Sumber:www.asysyariah.com
www.ghuroba.blogsome.com/2008/05/02/tafsir-ibnu-katsir-salah-satu-kitab-tafsir-al-quran-terbaik/

0 komentar:

Posting Komentar