Banner 468 X 60

Selasa, 31 Agustus 2010

Menyambut Kemenangan Di Bulan Ramadhan

Penulis: Redaksi assalafy.org

Menyambut Kemenangan di
Bulan Ramadhan
Tiba saatnya kaum muslimim
menyambut tamu agung bulan
Ramadhan, tamu yang dinanti-
nanti dan dirindukan
kedatangannya. Sebentar lagi
tamu itu akan bertemu dengan
kita. Tamu yang membawa
berkah yang berlimpah ruah.
Tamu bulan Ramadhan adalah
tamu agung, yang semestinya
kita bergembira dengan
kedatangannya dan
merpersiapkan untuk
menyambutnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ
وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ
فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا
يَجْمَعُونَ )58( ]يونس/58 ]

“Sampaikanlah (wahai Nabi
Muhammad), dengan karunia
Allah dan rahmat-Nya,
hendaknya dengan itu mereka
bergembira. Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik
dari apa mereka yang
kumpulkan (dari harta benda).
(Yunus: 58)
Yang dimaksud dengan “karunia
Allah” pada ayat di atas adalah
Al-Qur’anul Karim (Lihat Tafsir
As Sa’di).
Bulan Ramadhan dinamakan
juga dengan Syahrul Qur ’an
(Bulan Al Qur’an). Karena Al-
Qur’an diturunkan pada bulan
tersebut dan pada setiap
malamnya Malaikat Jibril datang
kepada Rasulullah Shallallahu
‘ alahi wa Sallam untuk mengajari
Al-Qur’an kepada beliau. Bulan
Ramadhan dengan segala
keberkahannya merupakan
rahmat dari Allah. Karunia Allah
dan rahmat-Nya itu lebih baik
dan lebih berharga dari segala
perhiasan dunia.
‘Ulama Ahli Tafsir terkemuka Al-
Imam As-Sa’di rahimahullah
berkata dalam tafsirnya:
“ Bahwasannya Allah
memerintahkan untuk
bergembira atas karunia Allah
dan rahmat-Nya karena itu akan
melapangkan jiwa,
menumbuhkan semangat,
mewujudkan rasa syukur kepada
Allah, dan akan mengokohkan
jiwa, serta menguatkan keinginan
dalam berilmu dan beriman,
yang mendorang semakin
bertambahnya karunia dan
rahmat (dari Allah). Ini adalah
kegembiraan yang terpuji.
Berbeda halnya dengan gembira
karena syahwat duniawi dan
kelezatannya atau gembira diatas
kebatilan, maka itu adalah
kegembiraan yang tercela.
Sebagaimana Allah berfirman
tentang Qarun,
“Janganlah kamu terlalu bangga,
karena Allah tidak menyukai
orang-orang yang
membanggakan diri. ” (Al
Qashash: 76)
Karunia dan rahmat Allah
berupa bulan Ramadhan juga
patut untuk kita sampaikan dan
kita sebarkan kepada saudara-
saudara kita kaum muslimin.
Agar mereka menyadarinya dan
turut bergembira atas limpahan
karunia dan rahmat dari Allah.
Allah berfirman :

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ
فَحَدِّثْ )11 )

“Dan terhadap nikmat dari
Rabb-Mu hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya. ” Adh-
Dhuha: 11)
Dengan menyebut-nyebut
nikmat Allah akan mendorong
untuk mensyukurinya dan
menumbuhkan kecintaan
kepada Dzat yang melimpahkan
nikmat atasnya. Karena hati itu
selalu condong untuk mencintai
siapa yang telah berbuat baik
kepadanya.
Para pembaca yang mulia, ….
Maka sudah sepantasnya
seorang muslim benar-benar
menyiapkan diri untuk
menyambut bulan yang penuh
barakah itu, yaitu menyiapkan
iman, niat ikhlash, dan hati yang
bersih, di samping persiapan fisik.
Ramadhan adalan bulan suci
yang penuh rahmat dan
barakah. Allah Subhanahu wa
Ta ’ala membuka pintu-pintu Al-
Jannah (surga), menutup pintu-
pintu neraka, dan membelenggu
syaithan. Allah ‘Azza wa Jalla
melipat gandakan amalan shalih
yang tidak diketahui kecuali oleh
Dia sendiri. Barangsiapa yang
menyambutnya dengan
sungguh-sungguh, bershaum
degan penuh keimanan dan
memperbanyak amalan shalih,
serta menjaga diri dari
perbuatan-perbuatan yang bisa
merusak ibadah shaumnya,
niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan
mengampuni dosa-dosanya dan
akan melipatkan gandakan
pahalanya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
berabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبٍ

“Barang siapa yang bershaum
dengan penuh keimanan dan
harapan (pahala dari Allah),
niscaya Allah mengampuni dosa-
dosa yang telah
lampau. ” (Muttafaqun ‘alahi)
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa
Sallam juga bersabda :

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ
يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ
أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة
ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ
لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Setiap amalan bani Adam akan
dilipat gandakan sepuluh kali
lipat sampai tujuh ratus kali lipat,
Allah I berfirman: “kecuali
ibadah shaum, shaum itu ibadah
untuk-Ku dan Aku sendiri yang
membalasnya. ” (HR. Muslim)
Masih banyak lagi keutamaan
dan keberkahan bulan
Ramadhan yang belum
disebutkan dan tidak cukup
untuk disebutkan di sini.
Namun yang terpenting bagi
saudara-saudaraku seiman,
adalah mensyukuri atas
limpahan karunia Allah dan
rahmat-Nya. Janganlah nikmat
yang besar ini kita nodai dan kita
kotori dengan berbagai
penyimpangan dan kemaksiatan.
Nikmat itu akan semakin
bertambah bila kita pandai
mensyukurinya dan nikmat itu
akan semakin berkurang bahkan
bisa sirna bila kita
mengkufurinya.
Termasuk sebagai bentuk rasa
syukur kita kepada Allah, pada
bulan yang penuh barakah ini
kita ciptakan suasa yang penuh
kondusif. Jangan kita nodai
dengan perpecahan. Kewajiban
kita seorang muslim
mengembalikan segala urusan
kepada Allah dan Rasul-Nya,
serta kepada para ulama bukan
berdasarkan pendapat pribadi
atau golongan.
Permasalah yang sering terjadi
adalah perbedaan dalam
menentukan awal masuknya
bulan Ramadhan. Wahai
saudara-saudaraku, ingatlah
sikap seorang muslim adalah
mengembalikan kepada
Kitabullah (Al-Qur ’an) dan As
Sunnah dengan bimbingan para
ulama yang terpercaya.
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa
Sallam telah menetukan
pelaksanaan shaum Ramadhan
berdasarkan ru`yatul hilal.
Beliau bersabda :

( صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ
وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ
غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا
عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ )

“Bershaumlah kalian
berdasarkan ru`yatul hilal dan
ber ’idul fithrilah kalian
berdasarkan ru`yatul hilal.
Apabila (hilal) terhalangi atas
kalian, maka sempurnakanlah
bilangan bulan Sya ’ban menjadi
30 hari.” HR. Al-Bukhari dan
Muslim
Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam
juga menentukan pelaksanaan
shaum Ramadhan secara
kebersamaan. Rasulullah
Shallallahu ‘alahi wa Sallam
bersabda:

اَلصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ،
وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ،
وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

“Shaum itu di hari kalian (umat
Islam) bershaum, (waktu)
berbuka/beriedul Fitri adalah
pada saat kalian berbuka/
beriedul Fitri, dan (waktu)
berkurban/Iedul Adha di hari
kalian berkurban. ” (HR. At
Tirmidzi dari shahabat Abu
Hurairah)
Al-Imam At-Tirmidzi berkata:
“ Sebagian ahlul ilmi menafsirkan
hadits Abu Hurairah di atas
dengan perkataan (mereka),
‘ sesungguhnya shaum dan
ber’Idul Fitri itu (dilaksanakan)
bersama Al-Jama’ah (Pemerintah
Muslimin) dan mayoritas umat
Islam ’.” (Tuhfatul Ahwadzi 2/37)
Al-Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahullah berkata:
“ Seseorang (hendaknya)
bershaum bersama pemerintah
dan jama ’ah (mayoritas) umat
Islam, baik ketika cuaca cerah
ataupun mendung. ” Beliau juga
berkata: “Tangan Allah bersama
Al-Jama’ah.” (Majmu’ Fatawa
25/117)
Al-Imam Abul Hasan As-Sindi
berkata: “Yang jelas, makna
hadits ini adalah bahwasanya
perkara-perkara semacam ini
(menentukan pelaksanaan
shaum Ramadhan, Iedul Fithri
dan Iedul Adha -pen)
keputusannya bukanlah di
tangan individu, dan tidak ada
hak bagi mereka untuk
melakukannya sendiri-sendiri.
Bahkan permasalahan semacam
ini dikembalikan kepada
pemerintah dan mayoritas umat
Islam, dan dalam hal ini setiap
individu pun wajib untuk
mengikuti pemerintah dan
mayoritas umat Islam. Maka dari
itu, jika ada seseorang yang
melihat hilal (bulan sabit) namun
pemerintah menolak
persaksiannya, sudah sepatutnya
untuk tidak dianggap persaksian
tersebut dan wajib baginya untuk
mengikuti mayoritas umat Islam
dalam permasalahan itu. ” (Ash-
Shahihah 2/443)
Menaati pemerintah merupakan
prinsip yang harus dijaga oleh
umat Islam. Terlebih pemerintah
kita telah berupaya
menempatkan utusan-utusan
pada pos-pos ru ’yatul hilal di d
berbagai daerah di segenap
nusantara ini. Rasulullah e
bersabda :

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ
اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ
عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ
أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي،
وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ
عَصَانِي

“Barangsiapa menaatiku berarti
telah menaati Allah, barangsiapa
menentangku berarti telah
menentang Allah, barangsiapa
menaati pemimpin (umat)ku
berarti telah menaatiku, dan
barang siapa menentang
pemimpin (umat)ku berarti telah
menentangku. ” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim, dari shahabat Abu
Hurairah)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani
berkata: “Di dalam hadits ini
terdapat keterangan tentang
kewajiban menaati para
pemerintah dalam perkara-
perkara yang bukan
kemaksiatan. Adapun hikmahnya
adalah untuk menjaga persatuan
dan kebersamaan (umat Islam),
karena di dalam perpecahan
terdapat kerusakan. ” (Fathul
Bari, 13/120).
Sebagai rasa syukur kita kepada
Allah Subhanahu wa Ta ’ala pula
hendaklah kita hidupkan bulan
yang penuh barakah itu dengan
amalan-amalan shalih, amalan-
amalan yang ikhlash dan
mencocoki sunnah Rasulullah.
Kita menjauhkan dari amalan-
amalan yang tidak ada contoh
dari Rasulullah. Karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam telah berwasiat :

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس
منه فهو رد

“Barangsiapa yang membuat-
buat amalan baru dalam agama
kami yang bukan bagian darinya,
maka perbuatannya tersebut
tertolak. ” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam juga bersabda :

من عمل عملا ليس عليه أمرنا
فهو رد

“Barangsiapa yang mengamalkan
suatu amalan yang tidak ada
contoh dari kami, maka
amalannya tersebut
tertolak. ” (HR. Muslim)
Para ‘ulama berkata : “Bahwa
hadits merupakan kaidah agung
di antara kaidah-kaidah Islam. Ini
merupakan salah satu bentuk
jawami ’ kalim (kalimat singkat
namun bermakna luas) yang
dimikili oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Hadits ini sangat jelas dalam
membatalkan semua bentuk
bid ’ah dan hal-hal baru yang
dibuat dalam agama. Lafazh
kedua lebih bersifat umum,
karena mencakup semua orang
yang mengamalkan bid ’ah,
walaupun pembuatnya orang
lain. ”
Termasuk perbuatan yang tidak
pernah dicontohkan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
adalah perbuatan yang banyak
dilakukan oleh kaum muslimin
dalam menyambut bulan
Ramadhan dengan amalan atau
ritual tertentu, di antaranya :

1. Apa yang dikenal dengan
acara Padusan. Yaitu mandi
bersama-sama dengan masih
mengenakan busana, terkadang
ada yang memimpin di suatu
sungai, atau sumber air, atau
telaga. Dengan niat mandi besar,
dalam rangka membersihkan
jiwa dan raga sebelum memasuki
bulan suci Ramadhan. Sampai-
sampai ada di antara muslimin
yang berkeyakinan Kalau sekali
saja terlewat dari ritual ini,
rasanya ada yang kurang meski
sudah menjalankan puasa. Jelas
perbuatan ini tidak pernah
diajarkan dan tidak pernah
diterapkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Demikian juga para shahabat,
para salafus shalih, dan para
‘ ulama yang mulia tidak ada
yang mengamalkan atau
menganjurkan amaliah tersebut.
Sehingga kaum muslimin tidak
boleh melakukan ritual ini.
Belum lagi, dalam ritual Padusan
ini, banyak terjadi kemungkaran.
Ya, jelas-jelas mandi bersama
antara laki-laki dan perempuan.
Jelas ini merupakan
kemungkaran yang sama sekali
bukan bagian dari ajaran Islam.

2. Nyekar di kuburan leluhur.
Tak jarang dari kaum muslimin,
menjelang Ramadhan tiba
datang ke pemakaman. Dalam
Islam ada tuntunan ziarah
kubur, yang disyari ’atkan agar
kaum muslimin ingat bahwa
dirinya juga akan mati menyusul
saudara-saudaranya yang telah
meninggal dunia lebih dahulu,
sehingga dia pun harus
mempersiapkan dirinya dengan
iman dan amal shalih. Namun
ziarah kubur, yang diistilahkan
oleh orang jawa dengan nyekar,
yang dikhususkan untuk
menyambut Ramadhan tidak ada
tuntunannya dalam syari ’at
Islam. Apalagi mengkhusukan
nyekar di kuburan leluhur. Ini
adalah perkara baru dalam
agama. Tak jarang dalam ziarah
kubur tercampur dengan
kemungkaran. Yaitu sang
peziarah malah berdoa kepada
penghuni kubur, meminta-minta
pada orang yang sudah mati,
atau ngalap berkah dari tanah
kuburan! Ini merupakan
perbuatan syirik!

3. Minta ma’af kepada sesama
menjelang datangnya Ramadhan.
Dengan alasan agar menghadapi
bulan Ramadhan dengan hati
yang bersih, sudah terhapus
beban dosa terhadap sesama.
Bahkan di sebagian kalangan
diyakini sebagai syarat agar
puasanya sempurna.
Tidak diragukan, bahwa meminta
ma ’af kepada sesama adalah
sesuatu yang dituntunkan dalam
agama, meningat manusia
adalah tempat salah dan lupa.
Meminta ma ’af di sini umum
sifatnya, bahkan setiap saat
harus kita lakukan jika kita
berbuat salah kepada sesama,
tidak terkait dengan waktu atau
acara tertentu. Mengkaitkan
permintaan ma ’af dengan
Ramadhan, atau dijadikan
termasuk cara untuk menyambut
Ramadhan, maka jelas ini
membuat hal baru dalam
agama. Amaliah ini bukan bagian
dari tuntunan syari ’at Islam.
Itulah beberapa contoh amalan
yang tidak ada tuntunan dalam
syari ’at yang dijadikan acara
dalam menyambut bulan
Ramadhan. Sayangnya, amaliah
tersebut banyak tersebar di
kalangan kaum muslimin.
Semestinya dalam menyambut
Ramadhan Mubarak ini kita
mempersiapkan iman dan niat
ikhlash kita. Hendaknya kita
berniat untuk benar-benar
mengisi Ramadhan ini dengan
meningkatkan ibadah dan amal
shalih. Baik puasa itu sendiri,
memperbaiki kualitas ibadah
shalat kita, berjama ’ah di masjid,
qiyamul lail (shalat tarawih),
tilawatul qur ’an, memperbanyak
dzikir, shadaqah, dan berbagai
amal shalih lainnya.
Tentunya itu semua butuh iman
dan niat yang ikhlash, disamping
butuh ilmu tentang bagaimana
tuntunan Nabi kita Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
dalam melaksanakan berbagai
amal shalih tersebut. agar amal
kita menjadi amal yang diterima
oleh Allah Subhanahu wa Ta ’ala.
Juga perlu adanya kesiapan fisik,
agar tubuh kita benar-benar
sehat sehingga bisa menjalankan
berbagai ibadah dan amal shalih
pada bulan Ramadhan dengan
lancar.
Puncak dari itu semua adalah
semoga puasa dan semua amal
ibadah kita pada bulan
Ramadhan ini benar-benar bisa
mengantarkan kita pada derajat
taqwa di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.
Jangan sampai kita termasuk
orang-orang yang gagal dalam
Ramadhan ini. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda :

رب صائم ليس له من صيامه
إلا الجوع، ورب قائم ليس له من
قيامه إلا السهر

“Berapa banyak orang yang
berpuasa, namun tidak ada yang
ia dapatkan dari puasanya
kecuali rasa lapar saja. Dan
berapa banyak orang
menegakkan ibadah malam hari,
namun tidak ada yang ia
dapatkan kecuali hanya
begadang saja. ” (HR. Ibu Majah)
Juga beliau Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda :

إن جبريل عليه السلام أتاني
فقال من أدرك شهر رمضان فلم
يغفر له فدخل النار فأبعده
الله قل آمين فقلت آمين
“Sesungguhnya Jibril ‘alaihis
salam mendatangiku, dia
berkata : ‘Barangsiap yang
mendapati bulan Ramadhan
namun tidak menyebakan
dosanya diampuni dia akan
masuk neraka dan Allah jauhkan
dia. Katakan amin (wahai
Muhammad). Maka aku pun
berkata : Amin.” (HR. Ibnu
Khuzaimah dan Ahmad)
Semoga kita termasuk orang
yang mendapat keutamaan dan
fadhilah dalam bulan Ramadhan
ini. Semoga Allah menyatukan
hati-hati kita di atas Islam dan
Iman. Dan semoga Allah
menjadikan bulan Ramadhan ini
sebagai jembatan menuju
keridhaan Allah ‘Azza wa Jallah
dan meraih ketaqwaan kepada-
Nya.
Wallähu a’lam..
(Sumber http://
www.assalafy.org/mahad/?
p=340&print=1)
Cet
www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1510

0 komentar:

Posting Komentar