Banner 468 X 60

Selasa, 23 November 2010

Fenomena TKI di Arab Saudi

Sebuah pemerintahan Islam atau
masyarakat Islam bukanlah
sebuah kumpulan orang-orang
yang tidak pernah berbuat dosa
sama sekali, sehingga kita bisa
menuduh para ulama yang
membimbing masyarakat
tersebut telah gagal atau tidak
becus dalam membina
negaranya.
Bahkan di masa kepemimpinan
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam yang masyarakatnya
adalah generasi terbaik ummat
ini, ada orang yang didera
karena minum khamar[1], ada
yang dirajam karena berzina[2],
bahkan ada yang murtad keluar
dari Islam[3]. Namun tidak ada
satupun yang menuduh
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam telah gagal mendidik para
sahabatnya. Karena memang,
tidak ada satupun manusia yang
terjaga dari kesalahan selain
para Nabi dan Rasul
‘alaihimussalam, olehnya
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:

كُلُّ بنِي آدَمَ خَطَّاءٌ ،
وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ
التَّوَّابُونَ

“Setiap anak adam senantiasa
berbuat salah, dan sebaik-baik
orang yang berbuat salah adalah
yang senantiasa bertaubat.” (HR.
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah,
dihasankan Asy-Syaikh Al-
Albani dalam Shohihut Targhib,
no. 3139)

Pengalaman belajar di Saudi,
bergaul dengan sebagian pekerja
Indonesia yang kebetulan
ketemu di masjid, di jalan, di
toko, di majelis-majelis ilmu dan
dalam suatu bimbingan ibadah
haji tahun 1431 H atas
permintaan sebuah travel yang
pesertanya lebih dari 90 %
pekerja Indonesia, sisanya India,
Maroko dan Philipina. Semua itu
menyisakan banyak cerita yang
mungkin sebagiannya bisa
dijadikan pelajaran, terutama
yang berkaitan dengan
hubungan antara pekerja dan
majikan, yang oleh musuh-
musuh Dakwah Tauhid dijadikan
senjata untuk menjatuhkan
ulama Ahlus Sunnah di negeri
ini. Insya Allah akan kami sarikan
dalam beberapa poin berikut:

1. Para majikan tidak
semuanya memahami agama
dengan baik, banyak yang awam,
tidak mau belajar agama dan
banyak yang zalim terhadap
pekerjanya[4]. Kepada mereka
para ulama di negeri ini telah
menasihati, baik secara pribadi
maupun terang-terangan, seperti
nasihat Asy-Syaikh Muhammad
bin Ahmad Al-Fiyfiy
hafizhahullah yang sangat
menyentuh di www.sahab.net[5]
yang berjudul At-Tahdzir min
Zhulmil Khudam wal ‘Ummal
(Peringatan Keras dari
Perbuatan Zalim kepada para
Pembantu dan Pekerja).
Demikian pula para khatib dan
imam masjid terkadang
menyampaikan khutbah tentang
bahaya perbuatan zalim
terhadap para pekerja

2. Oleh karena itu,
seharusnya TKI diberikan
informasi tentang keadaan calon
majikannya sebelum dia
memutuskan bekerja kepada
majikan tersebut, semoga hal ini
bisa menjadi catatan untuk
semua pihak yang terkait dalam
pemberangkatan TKI

3. Alhamdulillah tidak semua
majikan yang zalim, masih
banyak yang baik insya Allah,
meskipun bukan dari kalangan
mutawwa’[6], atau penuntut
ilmu, apalagi masyaikh. Bentuk-
bentuk kebaikan mereka yang
bisa saya ceritakan di sini:
Dari 100 orang yang ikut haji
dalam bimbingan kami hampir
semuanya dibiayai oleh
majikannya, biayanya sekitar
3500 riyal atau senilai kurang
lebih 7,5 juta rupiah
Perhatian majikan kepada
pekerjanya selama melaksanakan
ibadah haji dalam bentuk
menelepon dan menanyakan
kabar serta bagaimana
pelayanan travel terhadap
mereka. Jika pekerjanya
mengadukan pelayanan travel
yang kurang bagus, tidak lama
kemudian majikan akan
menelepon pengurus travel ini
dan memarahinya habis-habisan
Sampai-sampai ada majikan yang
berkata kepada pekerjanya,
“Sampaikan kepada pengurus
travel, berapa saja biaya yang dia
minta akan saya berikan, asalkan
kamu mendapat pelayanan yang
baik”.

Seorang Ikhwan dibebaskan oleh
majikannya dari seluruh
pekerjaannya demi untuk
menuntut ilmu, masih ditambah
dengan uang saku per bulan
dikirim secara rutin oleh
majikannya. Bahkan Ikhwan yang
lain, sampai pulang ke Indonesia
masih dikirimi uang secara rutin
oleh majikannya, demi untuk
membiayai kegiatan-kegiatan
dakwah

Seorang pekerja asal Sumbawa,
apabila dia cuti pulang kampung
majikannya biasa menitipkan
uang untuk dibagi-bagikan
kepada keluarga dan
tetangganya yang miskin

Pekerja asal Jawa Barat,
mengabarkan tentang
pembangunan masjid di
kampungnya yang belum selesai,
langsung dikucurkan dana oleh
majikannya tanpa mengecek
langsung ke lokasi apakah
dananya sampai atau tidak

Seorang pekerja asal Jawa Barat,
majikannya biasa mengantarnya
untuk menghadiri pengajian yang
diadakan oleh Kantor Dakwah
untuk Orang-orang Asing
Seorang Ikhwan menceritakan,
saudarinya bekerja pada seorang
masyaikh, bertahun-tahun
bekerja kepada keluarga
masyaikh tersebut tidak pernah
sekalipun dia berada dalam satu
ruangan bersama majikannya
yang laki-laki

Seorang Ustadz menceritakan,
bahwa seorang majikan meminta
bantuannya untuk menasihati
pembantu wanitanya yang sering
menggodanya untuk berzina,
akhirnya sang Ustadz menelepon
dan menasihati pembantu ini

Banyak majikan yang
mensyaratkan supirnya harus
disertai istrinya untuk mengantar
anak-anak puteri mereka ke
sekolah. Demikian pula
sebaliknya, pembantu wanita
harus datang bersama
mahramnya

Para masyaikh banyak sekali
membebaskan pekerja mereka
dari semua pekerjaan jika para
pekerja ini benar-benar mau
menuntut ilmu

4. Sebenarnya aturan-aturan
pemerintah Saudi sangat
menjamin para pekerja asing,
diantaranya kewajiban majikan
untuk membuatkan asuransi
kesehatan bagi para pekerjanya
dan hukuman yang setimpal bagi
para majikan yang zalim
terhadap pekerjanya, berikut
beberapa kasus yang kami
dengarkan:

Seorang majikan memukul
supirnya, sang supir ini
ditemukan oleh seorang Ikhwan
Saudi dan membawanya ke
kantor polisi, saat itu juga
majikannya langsung dijemput
dan ditahan oleh polisi dan wajib
diqishah atau membayar
sejumlah uang kepada
pekerjanya yang dizalimi

Cerita seorang Ustadz, ada
majikan yang dituntut oleh
pengadilan untuk membayar
berapapun yang diminta oleh
seorang pembantu wanita yang
dizalimi oleh si majikan
Seorang majikan yang
membunuh pekerjanya terancam
hukuman mati, namun pihak
keluarga di Indonesia lebih
memilih untuk memaafkan dan
menerima ganti rugi (diyah),
akhirnya uang milyaran rupiah
dititipkan melalui kedutaan
Indonesia

5. Ketika majikan berbuat
zalim, masalah terbesar para
pekerja Indonesia adalah tidak
mampu melapor ke kantor polisi,
diantaranya karena kendala
bahasa, tidak mengerti dengan
aturan-aturan yang ada dan
tidak adanya pendamping
mereka yang siap siaga ketika
dibutuhkan.

Adapun pemerintah
Philipina, sangat terkenal
pendampingan dan
pembelaannya kepada
pekerjanya, jika ada masalah
yang terjadi pada pekerjanya
mereka akan langsung turun ke
lokasi dan menggunakan
kekuatan diplomasinya untuk
menekan pemerintah Saudi agar
memproses menurut hukum
yang berlaku. Sehingga jarang
terdengar ada masalah antara
majikan dan pekerja Philipina,
padahal jumlah mereka (di luar
kota suci Makkah dan Madinah)
tidak kalah banyak dengan
pekerja Indonesia

6. Masalah terbesar dari sisi
syari’at adalah datangnya para
pekerja wanita (TKW) tanpa
disertai mahram atau suami.
Hampir semua masalah terjadi
pada TKW yang tidak bersama
suami atau mahramnya, sehingga
dengan mudah mereka dizalimi
tanpa ada yang membela
mereka atau melaporkan ke
kantor polisi. Padahal Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam telah
melarang safar wanita tanpa
mahram dalam sabda beliau:

لا تسافر المرأة إلا مع ذي محرم
ولا يدخل عليها رجل إلا ومعها
محرم

“Janganlah wanita melakukan
safar (bepergian jauh) kecuali
bersama mahramnya, dan
janganlah seorang laki-laki asing
menemuinya melainkan wanita
itu disertai mahramnya.” (HR.
Al-Bukhari dari Abdullah bin
Abbas radhiyallahu’anhuma)

7. Alhamdulillah, dengan
sebab kerja di Saudi banyak
sekali pekerja yang mendapatkan
kebaikan yang sangat besar,
diantara bentuknya:

Banyak pekerja yang tadinya
beraqidah sufiyah quburiyah dan
aqidah kesyirikan lainnya dengan
berbagai macam bid’ahnya, tidak
melaksanakan sholat lima waktu
dan tidak memahami adab-adab
Islami. Setelah tinggal di Saudi
mereka tersentuh dakwah
tauhid, meninggalkan semua
bentuk syirik dan bid’ah, rajin
melaksanakan sholat lima waktu
dan mulai berhias dengan adab-
adab Islami

Pekerja-pekerja Philipina, Nepal
dan Sri Lanka yang tadinya
beragama Nasrani, Hindu dan
Budha juga banyak sekali
(sampai puluhan ribu orang)
yang masuk Islam dengan sebab
da’i-da’i dan buku-buku yang
dicetak dengan bahasa mereka
oleh Kantor-kantor Dakwah
untuk Orang-orang Asing di
bawah naungan Kementrian
Wakaf, Dakwah dan Bimbingan
Saudi Arabia
Bisa menghadiri majelis-majelis
ilmu para ulama
Bisa melaksanakan ibadah haji
dan umroh

8. Sayang sekali, banyak
Kantor Dakwah untuk Orang-
orang Asing disusupi oleh
hizbiyyun dari sebuah partai
Islam di Indonesia dengan hanya
bermodalkan ijazah LC dari LIPIA
[7], diantara kerusakan yang
mereka lakukan:

Fasilitas dakwah digunakan
untuk mendakwahkan kebatilan
manhaj mereka
Mengajak kepada perpecahan
dengan menjajakan partai
mereka di musim Pemilu
Beberapa orang TKI yang ana
temui, telah ikut kajian mereka
bertahun-tahun namun tidak
nampak adanya perubahan
dalam aqidah dan ibadahnya
menjadi lebih baik. Berbeda
dengan TKI yang mengikuti
kajian da’i-da’i Ahlus Sunnah,
alhamdulillah banyak yang
berubah menjadi lebih baik,
seperti yang ana singgung di atas
Hal itu karena memang tidak
ada perhatian mereka terhadap
dakwah tauhid dan sunnah
kecuali sedikit, malah mereka
lebih banyak memanfaatkan
para TKI untuk bisnis pengiriman
barang dan travel haji, dengan
bimbingan haji yang tidak
mengikuti petunjuk Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam

9. Kezaliman yang diderita
sebagian TKI bukan hanya oleh
majikan di Saudi tapi juga oleh
PJTKI maupun calo-calonya di
Indonesia. Ana pernah
menyaksikan sendiri bagaimana
para TKI ini dibentak-bentak dan
diperlakukan tidak seperti
manusia di tempat
penampungan TKI di Jakarta.
Bahkan ketika sudah bekerja di
Saudi sebagian TKI masih
diwajibkan mengirim sejumlah
uang setiap bulan kepada calo-
calo ini di Indonesia

10. Kami menghimbau kepada
semua pihak yang terkait dalam
pemberangkatan TKI (termasuk
keluarga para TKI) ataupun yang
diberi amanah oleh pemerintah
untuk mengurus TKI di Saudi
maupun di negara lainnya;
hendaklah bertakwa kepada
Allah Ta’ala, janganlah mengirim
TKW tanpa disertai suami atau
mahramnya dan hendaklah
melaksanakan tugas pembelaan
dan pengurusan TKI sesuai
amanah pemerintah. Ingatlah
pertanggungjawabannya kelak di
hari kiamat!
Inilah catatan ringan kami, hasil
dari dialog dengan beberapa
TKI, semoga bisa diambil
pelajarannya baik oleh TKI, calon
TKI maupun semua pihak yang
terkait dalam pengurusan TKI.
Semoga Allah Ta’ala
memperbaiki keadaan kaum
muslimin dan pemerintah
mereka.
Wallahu A’la wa A’lam wa Huwal
Musta’an.

Footnote:
[1] Al-Imam Al-Bukhari
rahimahullah meriwayatkan
dalam Shahihnya (6391):
عن أنس بن مالك رضي الله
عنه : أن النبي صلى الله
عليه و سلم ضرب في الخمر
بالجريد والنعال وجلد أبو
بكر أربعين

[2] Seperti kisah Ma’iz bin Malik
radhiyallahu’anhu dalam riwayat
Al-Bukhari (6438) dan Muslim
(4520)

[3] Seperti kisah suami Ummu
Habibah radhiyallahu’anha yang
murtad di negeri Habasyah

[4] Ada juga majikan atau orang
Saudi yang Sufi (murid-muridnya
Alwi Al-Maliki), Syi’ah dan Hizbi
Ikhwani. Salah seorang Ustadz
kita, ketika diketahui oleh
majikannya yang Ikhwani bahwa
Ustadz kita ini pernah belajar di
Darul Hadits Dammaj,
majikannya mulai mempersulit
ruang gerak beliau, sampai saat
ini beliau dipaksa pulang ke
Indonesia dengan membayar
ganti rugi kepada majikannya
sebesar 6000 riyal. Adakah yang
mau membantu?

[5] http://www.sahab.net/home/
index.php?Site=News&Show=829

[6] Mutawwa’ adalah istilah
orang-orang awam di Saudi
untuk menyebut orang yang
nampak keshalihannya dan
menjalankan sunnah seperti
jenggot dan memendekkan
pakaian (tidak sampai menutupi
mata kaki)

[7] Lebih disayangkan lagi, ada
seorang Ustadz terkenal,
penerjemah buku Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah yang dicetak oleh
Kantor Kerjasama Dakwah dan
Bimbingan Islam di Riyadh, yang
memberikan jalan kepada da’i-
da’i hizbi ini untuk masuk
menjadi pembina-pembina TKI di
Kantor-kantor Dakwah untuk
Orang-orang Asing di Saudi.

www.nasihatonline.wordpress.com/2010/11/22/fenomena-tki-di-arab-saudi/#comment-890

2 komentar:

Anonim mengatakan...

wah panjang artkelnya, jadi malas bacanya... hehehehe

ia, masalah TKI harusnya di hentikan aja, seharusnya pemerintah sadar ats penderitaan rakyatnya, bikin lapangan kerja ke atau apa yang bisa menggaji rakyat nya senidiri jadi ga ada TKI yang tersika kaya "SUMIATI". kalopu ada TKI, sebaiknya di saring dengan ketat, 80% bisa bahasa Arab atau bagusnya 100% bisa. kalo resmi ada surat-suratnya, kalo ada apa-apa kan ada surat-surat nya itu. sebagai warga negara indonesia, saya merasa kecewa dengan pemerintah.

datang ke tempat saya ya di : http://www.ch4ndr4.com

jangan lupa komen+follow nya saya tunggu. terima kasih.

Anonim mengatakan...

tukeran link kang, http://www.ch4ndr4.com

Posting Komentar