Banner 468 X 60

Minggu, 21 Februari 2010

Hukum merusak fasilitas orang kafir

Dalam kaset yang berjudul "As`ilatun Muhimmah fi Ad Da’wah" Syeikh Sholih Al-Fauzan salah seorang ulama besar saat ini, anggota Hai’ah Kibar Ulama`dan anggota Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabiyah ditanya sebagai berikut :
"Apakah melakukan ightiyal (membunuh secara rahasia) dan membuat peledakan-peledakan pada sumber-sumber pemerintahan di negeri kafir merupakan perkara yang darurat (harus) dan amal jihad ?. Jazakumullahu Khairan.


Beliau menjawab :

"Tidak, ini tidak boleh. ightiyal dan perusakan adalah perkara yang tidak boleh, karena akan menyebabkan kejelekan terhadap kaum muslimin dan menyebabkan pembunuhan dan pengungsian terhadap kaum muslimin, ini perkara yang tidak boleh. Yang disyari’atkan kepada orang-orang kafir adalah berjihad di jalan Allah dan memerangi mereka di medan pertempuran bila kaum muslimin memiliki kemampuan menyiapkan pasukan dan menggempur orang-orang kafir dan memerangi mereka sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shollalahu ‘alaihi wa sallam.


Adapun perusakan dan ightiyal, ini menyebabkan kejelekan terhadap kaum muslimin. Rasulullah shollalahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau berada di Mekkah sebelum hijrah, beliau diperintahkan untuk menahan tangan :


أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat !". (QS. An Nisa :77).


Beliau diperintah untuk menahan tangan dari memerangi orang-orang kafir karena mereka (kaum muslimin) belum mempunyai kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir. Dan andaikata mereka membunuh salah seorang dari orang-orang kafir, niscaya orang-orang kafir itu akan membunuh mereka sampai akhir karena mereka (orang-orang kafir) lebih kuat dari mereka, dan mereka (kaum muslimin) berada di bawah tekanan dan kekuatan mereka.

Maka ightiyal yang menyebabkan terbunuhnya kaum muslimin di suatu bangsa sebagaimana yang kalian saksikan sekarang ini dan kalian dengar, ini bukanlah dari perkara-perkara dakwah dan bukan pula dari jihad di jalan Allah …".


Alih Bahasa: Al-Ustadz Dzulqarnain


www.darussalaf.or.id
Read more..

Sabtu, 20 Februari 2010

Rebo wekasan

Di antara anggapan dan keyakinan keliru yang terjadi di bulan Shafar adalah adanya sebuah hari yang diistilahkan dengan Rebo Wekasan. Dalam bahasa Jawa ‘Rebo’ artinya hari Rabu, dan ‘Wekasan’ artinya terakhir. Kemudian istilah ini dipakai untuk menamai hari Rabu terakhir pada bulan Shafar (diperkirakan pada bulan Shafar tahun ini (1431 H) bertepatan dengan tanggal 10 Februari 2010). Di sebagian daerah, hari ini juga dikenal dengan hari Rabu Pungkasan.

Apakah Rebo Wekasan itu?

Sebagian kaum muslimin meyakini bahwa setiap tahun akan turun 320.000 bala’, musibah, ataupun bencana (dalam referensi lain 360.000 malapetaka dan 20.000 bahaya), dan itu akan terjadi pada hari Rabu terakhir bulan Shafar. Sehingga dalam upaya tolak bala’ darinya, diadakanlah ritual-ritual tertentu pada hari itu. Di antara ritual tersebut adalah dengan mengerjakan shalat empat raka’at -yang diistilahkan dengan shalat sunnah lidaf’il bala’ (shalat sunnah untuk menolak bala’)- yang dikerjakan pada waktu dhuha atau setelah shalat isyraq (setelah terbit matahari) dengan satu kali salam. Pada setiap raka’at membaca surat Al-Fatihah kemudian surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 50 kali (dalam referensi lain 5 kali), Al-Mu’awwidzatain (surat Al-Falaq dan surat An-Nas) masing-masing satu kali. Ketika salam membaca sebanyak 360 kali ayat ke-21 dari surat Yusuf yang berbunyi:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ.
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”

Kemudian ditambah dengan Jauharatul Kamal tiga kali dan ditutup dengan bacaan (surat Ash-Shaffat ayat 180-182) berikut:

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Ritual ini kemudian dilanjutkan dengan memberikan sedekah roti kepada fakir miskin. Tidak cukup sampai di situ, dia juga harus membuat rajah-rajah dengan model tulisan tertentu pada secarik kertas, kemudian dimasukkan ke dalam sumur, bak kamar mandi, atau tempat-tempat penampungan air lainnya.

Barangsiapa yang pada hari itu melakukan ritual tersebut, maka dia akan terjaga dari segala bentuk musibah dan bencana yang turun ketika itu.

Kaum muslimin rahimakumullah, dari mana dan siapakah yang mengajarkan tata cara / ritual ‘ibadah’ seperti itu?

Dalam sebagian referensi disebutkan bahwa di dalam kitab Kanzun Najah karangan Syaikh Abdul Hamid Kudus yang katanya pernah mengajar di Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah, diterangkan bahwa telah berkata sebagian ulama ‘arifin dari ahli mukasyafah[1] bahwa pada setiap tahun akan turun 360.000 malapetaka dan 20.000 bahaya, yang turunnya pada setiap hari Rabu terakhir bulan Shafar. Bagi yang shalat pada hari itu dengan tata cara sebagaimana tersebut di atas, maka akan selamat dari semua bencana dan bahaya tersebut.

Mungkin inilah yang dijadikan dasar hukum tentang ‘disyari’atkannya’ ritual di hari Rebo Wekasan tersebut. Namun ternyata amaliyah yang demikian tidak ada dasarnya sama sekali dari Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Generasi salaf dari kalangan shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in tidak pernah melakukan apalagi mengajarkan ritual semacam itu. Demikian pula generasi setelahnya yang senantiasa mengikuti jejak mereka dengan baik.

Keyakinan tentang Rebo Wekasan sebagai hari turunnya bala’ dan musibah adalah keyakinan yang batil. Lebih batil lagi karena berangkat dari keyakinan tersebut, dilaksanakanlah ritual tertentu untuk menolak bala’ dengan tata cara yang disebutkan di atas. Sementara keyakinan dan ritual tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum, dan tidak pula dicontohkan oleh para imam madzhab yang empat (Abu Hanifah, Malik bin Anas, Asy-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal), tidak pula mereka membimbing dan mengajak para murid serta pengikut madzhabnya untuk melakukan yang demikian.
Para ulama dan kaum muslimin yang senantiasa menjaga aqidah dan berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya hingga hari ini -sampai akhir zaman nanti- juga tidak akan berkeyakinan dengan keyakinan seperti ini dan tidak pula beramal dengan amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan generasi salaf tersebut.

Jika keyakinan dan ritual ibadah tersebut tidak berdasar pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak pula sebagai amalan para shahabat radhiyallahu ‘anhum dan para imam madzhab yang empat, maka sungguh amalan tersebut bukan bagian dari agama yang murni. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan termasuk bimbingan dan petunjuk kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim).

Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa menjaga kita dan kaum muslimin dari berbagai penyimpangan dalam menjalankan agama ini. Amin.

Ditulis oleh Abu ‘Abdillah Kediri.
www.darussalaf.or.id
Read more..

Jumat, 19 Februari 2010

Dosa Syirik

Firman Allah 'Azza wa Jalla:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu bagi siapapun yang dikehendaki-Nya." (An-Nisaa': 116)

Al-Khalil Ibrahim 'alaihissalam berkata:
"...dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari (perbuatan) menyembah berhala-berhala." (Ibrahim: 35)

ADiriwayatkan dalam satu hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil. Ketika ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: Yaitu riya'." (HR Ahmad, Ath-Thabarani, Ibnu Abid-Dunya dan Al Baihaqi dalam kitab Az-Zuhd)

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa mati dalam keadaan menyembah sesembahan selain Allah, masuklah ia ke dalam neraka." (HR Bukhari)

Muslim meriwayatkan dari Jabir radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun, pasti masuk surga, tetapi barang siapa menemui-Nya (mati) dalam keadaan berbuat sesuatu syirik kepada-Nya, pasti masuk neraka."
Kandungan tulisan ini:

• Syirik adalah perbuatan dosa yang harus ditakuti dan dijauhi.

• Riya' termasuk perbuatan syirik.

• Riya' termasuk syirik ashghar (kecil).

• Syirik ada 2 macam:

>Syirik akbar (besar) yaitu memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan Allah, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus bagi-Nya.

>Syirik ashghar (kecil) yaitu perbuatan yang disebutkan dalam Al Qur'an dan Hadits sebagai suatu syirik tetapi belum sampai ke tingkat syirik akbar.

Adapun perbedaan antara keduanya:

>Syirik akbar menghapuskan seluruh amal, sedangkan syirik ashghar hanya menghapuskan amal yang disertainya saja.
• Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Allah sedikitpun pasti masuk surga. Tetapi barangsiapa mati dalam keadaan berbuat sesuatu syirik kepada-Nya, pasti masuk neraka, sekalipun dia termasuk orang yang paling banyak ibadahnya.

• Masalah penting yaitu: bahwa Nabi Ibrahim memohon kepada Allah untuk diri dan anak cucunya supaya dijauhkan dari perbuatan menyembah berhala. (Nabi Ibrahim yang dijuluki Abul Anbiyaa' saja berdo'a agar dirinya dijauhkan dari perbuatan menyembah berhala, lantas bagaimana dengan kita? Tentunya kita harus lebih waspada terhadap dosa syirik ini )
Read more..

Minggu, 07 Februari 2010

Bila ajal menjemput

Firman Allah subhanahu wata'ala
ُّلُك ٍسْفَن
ُةَقِئآَذ
ِتْوَمْلا
اَمَّنِإَو
َنْوَّفَوُت
ْمُكَروُجُأ َمْوَي
ِةَماَيِقْلا نَمَف
َحِزْحُز ِنَع
ِراَّنلا َلِخْدُأَو
َةَّنَجْلا ْدَقَف
َزاَف امَو
ُةاَيَحْلا
اَيْنُّدلا َّالِإ
ُعاَتَم ِروُرُغْلا
"Tiap-tiap yang
berjiwa akan
merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah
disempurnakan
pahalamu. Barang
siapa dijauhkan dari
neraka dan
dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia
telah beruntung.
Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah
kesenangan yang
memperdayakan.". ( Ali
Imran : 185 )
Ada Serangkai Syair
berkilah :
Siapkan pundi-pundi
bekalmu
untuk masa yang pasti
menantimu
bila kematian datang
menjemput-mu...
sampailah sudah batas
hayatmu,
Tibalah saatnya kau
bertaubat
dari segala perilaku
jahat
hendaklah waspada
wahai ummat...
sebelum ajalmu
dijemput malaikat.
Dihari kiamat kau kan
menyesal
karena kau pergi tanpa
bekal
di tempat yang selalu
dirundung sial
pertistiwa yang
menanti di balik ajal...
Tidakkah anda merasa
kecewa
sahabatmu yang
senyum ceria...
karena bekal yang
cukup tersedia
sedang dirimu haus dan
h a g a.
Read more..

Jumat, 05 Februari 2010

Ringtone Dengan Ayat-Ayat Al Quran

Semakin maraknya
penggunaan telepon
selular (Handphone)
dikalangan manusia,
menyebabkan terjadinya
banyak penyalahgunaan
yang menyelisihi syariat
pada saat
menggunakannya.
Diantaranya adalah
menggunakan ringtone
(nada sambung) dengan
lantunan musik, lagu, dan
yang semisalnya.
Sebailknya, sebagian
kaum muslimin ada yang
enggan menggunakan
ringtone dari musik,
namun terjatuh dalam
kesalahan lain, yaitu
menggunakan bacaan
ayat-ayat al-qur'an, azan,
dan yang semisalnya
sebagai ringtone, yang ini
juga merupakan bentuk
merendahkan ayat-ayat
Allah Azza Wajalla
tersebut. Walhamdulillah
maih banyak ringtone
lainnya yang lebih
selamat, seperti suara
burung, suara dering
telepon biasa, atau yang
semisalnya yang lebih
selamat dan tidak
terjatuh dalam perbuatan
yang diharamkan. Berikut
kami nukilkan fatwa
Ulama dalam masalah ini.

FATWA SYAIKH IBRAHIM
AR-RUHAILI HAFIZHAHULLAH
TA'ALA
Berkata Syaikh Ibrahim
Ar-Ruhaili hafizhahullah
Ta'ala:
Termasuk yang
dikhawatirkan
menjadikan agama
sebagai permainan dan
perbuatan sia-sia,apa
yang muncul belakangan
ini dan menyebar–sangat
disayangkan sekali-
diantara banyak dari
orang-orang yang mulia
dan memiliki keutamaan,
bahkan kami katakan:
tidak terlepas pula
sebagian penuntut ilmu,
yang menjadikan al-
qur'an di telepo-telepon
selular mereka sebagai
tanda masuknya deringan
telepon (ringtone) yaitu
potongan (ringtone)
untuk menunggu
panggilan tatkala ada
yang menghubunginya.
Sehingga tatkala
tersambung, ayat-ayat
dari kitabullah inipun
muncul.Tatkala dia ingin
menjawabnya, ayat-ayat
tersebut
terputus ,sehingga
seakan-akan kitab Allah
dijadikan sebagai hiburan
semata, dan sunnah Nabi
Shallallahu Alaihi
Wasallam diejek dan
dihinakan. Kami tidak
berprasangka bahwa
orang yang menjadikan
hal ini dari mereka yang
memiliki kebaikan bahwa
dia ingin mengejek.
Namun kami katakan:
Sesungguhnya
kedudukan kitab Allah
sepantasnya dibersihkan
dari hal-hal seperti ini,
demikian pula sunnah
Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam sepantasnya
dibersihkan, demikian
pula do'a-do'a yang
diucapkan oleh para
imam, tidak boleh
digunakan untuk alat
seperti ini.Jika orang yang
menggunakanya itu
meyakini bahwa itu
agama, maka ini termasuk
bid'ah,dan jika dia
mengetahui bahwa hal itu
tidak termasuk agama,
namun dia hanya
mengatakan bahwa ayat-
ayat tersebut sebagai
pengganti ringtone yang
bermusik, maka ini
termasuk merendahkan
kitab Allah Azza Wajalla.
Maka sepantasnya kita
bersikap pertengahan
antara mereka.

http://darussalaf.or.id

Read more..