Banner 468 X 60

Senin, 23 Agustus 2010

Obat Takabur Dan Tip Meraih Tawadhu'

Al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin
‘Abdillah bin Baz
rahimahullah

Tidak diragukan, bahwa
kewajiban atas setiap muslim
adalah waspada dari takabbur/
sombong dan bersikap
tawadhu’. Barangsiapa yang
bertawadhu’ karena Allah satu
derajat, maka akan Allah angkat
dia satu derajat ›› [1] dan
barangsiapa yang takabbur
(sombong) maka dia terancam
untuk Allah timpakan musibah/
hukuman atasnya — nas`alullah
al-‘afiyah – .
Seseorang bertanya : “Wahai
Rasulullah, aku suka jika bajuku
bagus, sandalku juga bagus,
apakah itu termasuk sombong?”
Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab :

« إن الله جميل يحب الجمال،
الكبر بطر الحق وغمط الناس »
‹‹

Sesungguhnya Allah itu
indah, cinta kepada keindahan.
Sombong adalah menolak al-
haq (kebenaran) dan
melecehkan manusia. ›› [2]
Batharul Haq yakni menolak al-
haq (kebenaran).
Apabila
kebenaran bertentangan dengan
hawa nafsunya maka ia
menolaknya.
Ghamthun Nas, yakni
merendahkan manusia. Orang
lain dalam pandangannya selalu
berada di bawahnya. Ia
merendahkan mereka. Ia
melihat dirinya selalu berada di
atas mereka. Bisa jadi karena
kefasasihannya berbicara, atau
karena kekayaannya, atau
karena jabatannya, atau karena
sebab-sebab lainya yang ia
khayalkan. Dan bisa jadi
dilakukan oleh orang yang fakir.
Dalam hadits yang shahih,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :

« ثلاثة لا يكلمهم الله يوم
القيامة ولا يزكيهم ولا ينظر
إليهم ولهم عذاب أليم: شيخ
زان، وملك كذاب، وعائل
مستكبر. »
‹‹
Tiga golongan yang Allah
tidak akan berbicara dengannya
kelak pada Hari Kiamat, tidak
membersihkan mereka, dan
tidak melihat kepada mereka,
serta bagi mereka adzab yang
pedih : seorang tua yang
berzina, penguasa yang
pendusta, orang miskin yang
sombong. ›› [3]
Yakni orang miskin, dengan
kemiskinannya dia sombong, dia
mendapat musibah
kesombongan. Sombong itu
biasanya dilakukan oleh orang
berharta dan kaya, namun
dalam kondisinya yang miskin
tersebut dia masih bersikap
sombong. Sombong merupakan
watak dan karakternya.
Adapun Tawadhu’ adalah sikap
lembut, akhlak yang baik, dan
tidak merasa tinggi di
hadapan manusia. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

« إن من أحبكم إلي وأقربكم
مني مجلسا يوم القيامة
أحاسنكم أخلاقا »
‹‹

Sesungguhnya di antara
orang yang paling aku cintai dan
paling dekat majelisnya
denganku pada Hari Kiamat
adalah orang yang terbaik
akhlaknya di antara kalian. ››
[4]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :

« البر حسن الخلق »
‹‹
Kebaikan adalah akhlaq yang
baik ›› [5]
Maka hendaknya ingat
keagungan Allah, dan ingat
bahwa Allah lah yang
memberinya harta, memberinya
jabatan, memberinya
kedudukan, dan wajah yang
tampan, atau selain itu.
Hendaknya ingat bahwa
barangsiapa yang mensyukuri
sikap tawadhu’ tersebut dan
tidak sombong … dia tidak
sombong karena harta, atau
karena jabatan, atau karena
nasab, ketampanan, kekuatan,
atau pun yang lainnya. .. bahkan
ia ingat bahwa itu semua
merupakan nikmat Allah dan
barangsiapa yang mensyukurinya
maka ia akan bersikap tawadhu,
merendahkan dirinya sendiri,
dan tidak akan sombong
terhadap saudara-saudadaranya
serta tidak akan merasa tinggi di
hadapan mereka.
Takabbur/sombong
mengantarkan kepada
kezhaliman, kedustaan, tidak adil
dalam ucapan dan perbuatan.
Melihat dirinya berada di atas
saudaranya, baik karena harta,
ketampanan, jabatan, nasab,
atau pun hal-hal yang masih
abstrak sifatnya. Oleh karena itu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan ‹‹ Sombong
adalah menolak al-haq
(kebenaran) dan melecehkan
manusia. ›› yakni menolak al-
haq apabila bertentangan
dengan hawa nafsunya ini
adalah takabbur/sombong. Dan
melecehkan manusia :
merendahkan mereka, melihat
mereka selalu berada di
bawahnya, dan bahwa mereka
tidak pantas untuk disikapi
dengan adil, atau memulai salam
terhadap mereka, atau dipenuhi
undangan mereka, dan yang
semisalnya.
Apabila seseorang mengingat
kelemahan dirinya, dan bahwa
dirinya berasal dari air mani
yang hina, dirinya butuh
kamar mandi untuk buang
hajat, dirinya makan dari sini,
keluar dari sini, serta dirinya
jika tidak istiqamah di atas
ketaatan kepada Allah maka
dia akan masuk neraka, jika
dia menyadari itu semua maka
dia akan tahu kelemahan
dirinya, dan bahwa dirinya
adalah miskin, dan tidak
pantas baginya untuk bersikap
takabbur/sombong.
(Majmu’ Fatawa wa Maqalat
Mutanawwi’ah IX/267-268)

[1] HR. Ibnu Majah 4176, Ibnu
Hibban 5678, dan Ahmad.
[2] HR. Muslim 131.
[3] HR. Muslim 136
[4] HR. At-Tirmidzi 1941
[5] HR. Muslim 4632


Sumber:www.assalafy.org/mahad/?p=368

0 komentar:

Posting Komentar