Banner 468 X 60

Rabu, 25 Agustus 2010

Batilnya Aqidah Reinkarnasi

Dekade terakhir ini banyak
bermunculan berita dan desas-
desus yang mengabarkan bahwa
ada sebagian orang yang bisa
bangkit dan kembali ke alam
dunia sebelum datangnya hari
kiamat; biasa diistilahkan dengan
"reinkarnasi" . Maka muncullah
gejala adanya ketakutan kepada
mayat, takut kepada pocong,
takut kepada vanpire atau
dracula. Padahal semua ini
adalah keyakinan batil yang
teradopsi dari keyakinan orang-
orang kafir. Keyakinan ini telah
dibatalkan oleh Allah -Azza wa
Jalla- di dalam Al-Qur’an !!
Reinkarnasi merupakan aqidah
yang diyakini oleh orang-orang
Yahudi. Mereka meyakini bahwa
ada sebagian orang bisa bangkit
dan kembali ke alam dunia ini
sebelum datangnya hari kiamat.
[Lihat Badzlul Majhud
(1/275-277), karya Syaikh
Abdullah Al-Jumailiy]

Aqidah reinkarnasi ini ternyata
juga diyakini dan disokong oleh
sekte sesat Syi’ah-Rofidhoh yang
kini bermarkas di Iran. Ini bisa
kita lihat dari referensi yang
ditulis oleh pemimpin-pemimpin
mereka yang menetapkan
aqidah ini. Sebagai contoh -
bukan pembatasan-,
Tokoh Syi’ah, Al-Hur Al-Amily
berkata ketika menukil dalil
tentang roj’ah (reinkarnasi),
"Dalil keempat: Kesepakatan
seluruh orang-orang Syi’ah
Imamiyyah, dan Itsna Asyariyyah
tentang meyakini kebenaran
roj’ah (reinkarnasi). Tak nampak
adanya orang yang menyelisihi
ini diantara mereka, yang bisa
diperhitungkan ucapannya dari
kalangan ulama (Rofidhoh,-pen),
dulu maupun belakangan".
[Lihat Al-Iqozh min Al-Haj'ah
(hal. 33-34) oleh Al-Amiliy]
Ucapan Al-Amiliy ini amat jelas
dalam menyokong pemikiran
dan aqidah reinkarnasi, bahkan
ia menukil adanya kesepakatan
di antara mereka tentang adanya
keyakinan reinkarnasi dalam
sekte mereka yang menyimpang,
yakni Syi’ah-Rofidhoh. Oleh
karenanya, seorang muslim
harus berhati-hati dan
mewaspadai mereka.
Pembaca yang budiman, ucapan
Al-Amiliy di atas sebagai bukti
konkrit bahwa orang-orang
Syi’ah-Rofidhoh meyakini aqidah
reinkarnasi, tanpa syak
sedikitpun. Tak heran jika
seorang ulama Ahlus Sunnah,
Syaikh Abdullah Al-Jumaily -
hafizhahullah- pernah berkata, "
Semua orang Rofidhoh
berpendapat adanya aqidah
roj’ah (reinkarnasi) ini. Sungguh
telah dinukil oleh lebih dari satu
orang ulama mereka yang
masyhur tentang kesepakatan
mereka dalam menyatakan
aqidah roj’ah ini".[Lihat Badzlul
Majhud (1/284)]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-
Asqolany berkata saat
menjelaskan maksud dari kata
SYI’AH dan ROFIDHOH,
"Tasyayyu’ (jadi orang Syi’ah)
adalah mencintai (baca: ekstrim)
dan mendahulukan Ali daripada
sahabat (lain). Barangsiapa yang
mendahulukan Ali daripada Abu
Bakar dan Umar, maka ia telah
keterlaluan dalam tasyayyu’-nya
dan dinamai orang Rofidhoh.
Kalau tidak, maka dia orang
Syi’ah. Kalau ditambah lagi
dengan pencelaan (terhadap
sahabat), dan menegaskan
kebencian (kepada mereka),
maka dia itu ekstrim. Jika ia
meyakini reinkarnasi ke dunia,
maka ia lebih ekstrim lagi".
[Lihat Hadyus Sari (hal. 459)
karya Ibnu Hajar]

Sebab Kemunculan
Reinkarnasi dalam Tubuh
Syi’ah-Rofidhoh
Sebagian penulis memandang
bahwa aqidah ini menyelusup ke
dalam aqidah Syi’ah-Rofidhoh
karena adanya pengaruh dan
usaha yang dilancarkan oleh
orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Sebagai bukti, Abdullah bin
Saba’, seorang Yahudi (perintis
pertama agama Syi’ah-Rofidhoh)
pura-pura masuk Islam. Aqidah
ini disusupkan untuk
melemahkan aqidah (keyakinan)
tentang hari akhir. Perlu
diketahui bahwa Abdullah bin
Saba’ ini pernah menyatakan
akan kembalinya Nabi r -setelah
beliau meninggal dunia- ke alam
dunia, demikian pula Ali. (Lihat:
Tarikh Ath-Thobary (4/340)
sebagaimana dalam Mas’alah
At-Taqrib baina Ahlis Sunnah
wa Asy-Syi’ah (1/342) karya
Dr.Nashir bin Abdullah Ali Al-
Qifary, cet.Dar Thoyyibah.)

Sisi Kebatilan Aqidah
Reinkarnasi

Aqidah reinkarnasi merupakan
aqidah batil yang menyelisihi Al-
Qur’an dan Sunnah, serta
ijma’ (kesepakatan) para salaf
(yaitu, Nabi -Shallallahu ‘alaihi
wa sallam-, para sahabat, dan
pengikutnya) sebagaimana yang
dijelaskan oleh para ulama kita.
Allah -Ta’ala- berfirman,
"Dia (orang kafir yang sekarat)
berkata," Ya Tuhanku,
kembalikanlah aku (ke dunia)
agar aku berbuat amal sholeh
terhadap yang telah aku
tinggalkan". Sekali-kali tidak !
Sesungguhnya itu adalah
perkara yang diucapkannya saja.
Dan di hadapan mereka ada
dinding sampai hari mereka
dibangkitkan". (QS. Al-
Mu’minun: 99-100).
Al-Hafizh Ibnu Katsir-
rahimahullah- saat menafsirkan
ayat-ayat di atas, beliau
membawakan beberapa ayat
tentang tidak bisanya seseorang
mengalami reinkarnasi (kembali)
ke dunia. Kemudian beliau
berkata, "Jadi, Allah -Ta’ala-
telah menyebutkan bahwa
mereka meminta kembali ke
dunia, maka mereka tak
dipenuhi keinginannya ketika
sekarat, pada hari kebangkitan,
hari mahsyar, ketika
dihadapkannya para makhluk
kepada Allah Al-Jabbar, dan
ketika mereka digiring ke neraka,
sedang mereka berada dalam
kepungan siksa neraka Jahim".
[Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/341)]

Pernyataan dan Pengingkaran
Ulama terhadap Aqidah Batil
ini
Ketika munculnya paham sesat
ini, maka para ulama Ahlus
Sunnah dari zaman ke zaman
memberikan pernyataan dan
pengingkaran terhadap aqidah
reinkarnasi ini.
Al-Imam Abul Hasan Al-
Barbahariy-rahimahullah-
berkata dalam menjelaskan
batilnya aqidah roj’ah
(reinkarnasi), "Suatu bid’ah yang
telah nampak merupakan
kekafiran. Barangsiapa yang
menyatakannya, maka ia kafir
kepada Allah, tanpa ada
keraguan. Barangsiapa yang
berkeyakinan reinkarnasi, dan
berkata, "Ali bin Abi Tholib
masih hidup, dan akan kembali
sebelum hari kiamat, dan juga
Muhammad bin Ali, Ja’far bin
Muhammad, dan Musa bin
Ja’far; mereka akan berbicara
tentang imamah
(kepemimpinan), dan bahwa
mereka mengetahui perkara
ghaib, maka waspadailah orang-
orang yang berkeyakinan seperti
ini, karena mereka adalah
orang-orang kafir kepada Allah
Yang Maha Agung". [Lihat
Syarhus Sunnah (hal. 57-58),
tahqiq Al-Qohthoniy]
Abul Hasan Muhammad bin
Ahmad Al-Malthiy Asy-Syafi’iy
-rahimahullah- berkata,
"Demikian pula tentang
keyakinan mereka dalam
masalah reinkarnasi telah
didustakan oleh firman Allah –
Tabaroka wa Ta’ala- ,
"Dan di hadapan mereka ada
dinding sampai hari mereka
dibangkitkan". (QS.Al-
Mu’minun : 99-100)
Allah mengabarkan bahwa para
penghuni kubur tak akan
dibangkitkan (dari kuburnya)
sampai hari kebangkitan. Jadi,
barangsiapa yang menyelisihi
hukum Al-Qur’an ini, maka ia
sungguh telah kafir". [Lihat At-
Tanbih wa Ar-Rodd (hal. 19),
karya Al-Malthiy]
Abdul Aziz bin Waliyullah Ad-
Dahlawy-rahimahullah- berkata
dalam mengingkari aqidah
reinkarnasi, " Aqidah ini
merupakan penyelisihan yang
amat gamblang terhadap Al-
Kitab, karena roj’ah (reinkarnasi)
sungguh telah dibatalkan dalam
banyak ayat, diantaranya firman-
Nya -Ta’ala-,
"Dia (orang kafir yang sekarat)
berkata, "Ya Tuhanku,
kembalikanlah aku (ke dunia)
agar aku berbuat amal sholeh
terhadap yang telah aku
tinggalkan". Sekali-kali tidak !
Sesungguhnya itu adalah
perkara yang diucapkannya saja.
Dan di hadapan mereka ada
dinding sampai hari mereka
dibangkitkan". (QS. Al-
Mu’minun: 99-100).
Jadi, firman-Nya, "Dan di
hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka
dibangkitkan", adalah gamblang
sekali dalam meniadakan aqidah
reinkarnasi secara mutlak" .[Lihat
Mukhtashor At-Tuhfah Al-Itsna
Al-Asyariyyah (hal.201) karya
Al-Alusy]
Syaikh Nashir bin Abdullah Al-
Qifary -hafizhahullah- berkata
dalam kitabnya "Mas’alah At-
Taqrib" (hal.115) " Diantara
aqidah Ahlis Sunnah bahwa tak
ada seorang mayatpun sebelum
hari kebangkitan dapat kembali
(ke dunia). Maka Muhammad r
tidak dapat kembali (ke dunia).
Demikian pula seorang dari para
sahabatnya, selain pada hari
kiamat ketika Allah
mengembalikan orang-orang
mukmin dan kafir untuk dihisab
dan diberi ganjaran. Ini
merupakan ijma’ (kesepakatan)
semua orang Islam sebelum
munculnya orang-orang
Rofidhoh".
Jadi, reinkarnasi merupakan
aqidah yang berbahaya bagi
iman seseorang, sebab ia
merupakan bentuk pendustaan
ayat-ayat Allah yang menjelaskan
tentang tidak bisanya seorang
kembali ke alam dunia sebelum
terjadinya hari kiamat.
Terakhir, kami nasihatkan
kepada seluruh kaum
muslimin agar berhati-hati dan
mewaspadai mereka , jangan
sampai tertipu dengan mereka
dan takjub kepada mereka
sehingga menjadikan mereka
sebagai teman atau guru. Hal ini
perlu kami ingatkan, sebab
banyak generasi muslim di hari-
hari ini yang terpengaruh
dengan SYI’AH-ROFIDHOH
sehingga rela bersafar menuntut
ilmu di negeri Iran, negeri
penyokong sekte Syi’ah-
Rofidhoh, karena sekedar
diiming-imingi gelar yang fana.
Akhirnya, saat di Iran, otaknya
dinodai dengan paham-paham
sesat, lalu pulang ke Indonesia
Raya mengadakan gerakan
perusakan aqidah. Sebagai bukti
perusakan aqidah mereka, anda
bisa lihat dalam Buletin Al-
Atsariyyah (edisi ke-94) dengan
judul "BAHAYA KEBEBASAN
BERPIKIR" saat kami
membantah seorang mahasiswa
Indonesia yang belajar di
Mostafa International University,
Republik Iran.
Seorang muslim harus pandai
memilih teman. Janganlah
memilih teman atau guru yang
memiliki aqidah yang rusak,
sebab ia akan menodai hatinya
dengan syubhat. Berapa banyak
orang yang binasa akibat teman
dan gurunya.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda mengingatkan
kita tentang bahaya memiliki
teman yang jelek,

مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ
وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ
وَنَافِخِ الْكِيْرِ, فَحَامِلُ
الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا
طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ
إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا
خَبِيْثَةً

"Perumpaan teman duduk yang
baik, dan yang jelek, laksana
penjual parfum, dan pandai besi.
Maka penjual parfum, entah ia
memberimu (parfum), atau anda
membeli darinya atau anda
mendapatkan bau harumnya.
Sedang pandai besi, entah ia
akan membakar pakaianmu,
atau entah anda akan
mendapatkan bau busuk". [HR.
Al-Bukhoriy dalam Kitab Adz-
Dzaba'ih wa Ash-Shoid (5214),
dan Muslim dalam Kitab Al-Birr
wa Ash-Shilah (2628)]
Seorang yang memiliki teman
yang jelek agama dan aqidahnya,
maka lambat laun ia akan
berubah dan mengikuti agama
dan aqidah temannya.
Karenanya, kami amat khawatir
jika seorang berguru di Iran;
khawatir akan berganti agama
dan aqidah. Hendaknya seorang
memilih guru yang baik dari
kalangan Ahlus Sunnah, bukan
Syi’ah-Rofidhoh.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda,

الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ
خَلِيْلِهِ, فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ

"Seorang itu berada di atas jalan
hidup (kebiasaan) temannya.
Lantaran itu, hendaknya
seseorang diantara kalian
memeperhatikan orang yang ia
temani". [HR. Abu Dawud dalam
Sunan-nya (4833), dan At-
Tirmidziy dalam Sunan-nya
(2378). Hadits ini di-hasan-kan
oleh Syaikh Al-Albaniy -
rahimahullah- dalam Silsilah Al-
Ahadits Ash-Shohihah (927)]
Berangkat dari hadits-hadits ini,
para ulama’ kita melarang kita
duduk bersama ahli bid’ah -
seperti orang Syi’ah-Rofidhoh-,
atau belajar kepada mereka.
Al-Hasan Al-Bashriy dan
Muhammad bin Sirin -
rahimahumallah- berkata,

لاَ تُجَالِسُوْا أَهْلَ اْلأَهْوَاءِ
وَ لاَ تُجَادِلُوْهُمْ وَ لاَ
تَسْمَعُوْا مِنْهُمْ

"Janganlah kalian menemani
duduk para ahli bid’ah, jangan
didebat, dan jangan
mendengarkan sesuatu apapun
dari mereka". [Lihat Sunan Ad-
Darimiy (401), dan Syu'abul
Iman (no.9467)]
Inilah wasiat dari dua ulama
Ahlus Sunnah agar kita berhati-
hati dari berteman, apalagi
belajar kepada para ahli bid’ah
yang memiliki pemahaman yang
menyimpang dari ajaran Islam
yang murni, seperti ajaran Syi’ah-
Rofidhoh. Jika kita duduk
bersama mereka, atau belajar di
depan mereka, maka
dikhawatirkan hati kita akan
terkena syubhat mereka yang
berbisa sebagaimana yang
dialami oleh sebagian pemuda
kita yang belajar di Iran!!


Sumber : Buletin Jum’at At-
Tauhid edisi 99 Tahun II.
Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas.
Alamat : Pesantren Tanwirus
Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58,
Kel. Borong Loe, Kec. Bonto
Marannu, Gowa-Sulsel. HP :
08124173512 (a/n Ust. Abu
Fa’izah).

www.almakassari.com/artikel-islam/aqidah/batilnya-aqidah-reinkarnasi.html#more-449

0 komentar:

Posting Komentar